Indonesia.
Ini negeriku. Tempat aku dilahirkan, dibesarkan, dan mungkin juga akan
dimatikan. Negeriku sangat kaya, indah dan menawan. Alamnya memesona. Orangnya
ramah-ramah. Perbedaan dimana-mana. Tapi itulah kekayaan negeriku yang rupawan.
Sekali engkau datang ke negeriku, rasa tak ingin engkau tinggalkan akan
menjalar keseluruh syaraf-syarafmu.
Indonesia.
Ini negeriku. Negeri yang damai. Negeri yang akan selalu engkau rindukan ketika
engkau bertolak darinya. Negeri yang akan memberikanmu oase ketika engkau
mengelana dipadang pasir. Negeri yang akan memberikanmu senyuman hangat ketika
engkau datang. Negeri tanpa pertikaian.
Indonesia.
Ini negeriku. Negeri yang sangat subur. Tombak dan kayu yang engkau tancapkan
akan menjadi tanaman pemikat hati. Disini, engkau tak akan pernah merasakan
penderitaan karena kelaparan.
Indonesia.
Begitulah negeriku. Sebelum aku terbangun dari mimpi sesaatku.
Sebab
nyatanya.......
Indonesia.
Adalah ruang penderitaan. Adalah Penjara yang penuh penyiksaan.
Mereka
katakan negeriku adalah tanah syurga. Memang. Indonesia adalah Syurga. Syurga
bagi kebiadaban. Syurga bagi kesemena-menaan. Syurga bagi arogansi kekuasaan.
Lihat saja indonesia dari masa ke masa. Rezim Orde Baru, Hitler kedua. Orde
Reformasi tak mengubah apa-apa. Dan kini Demokrasi semakin memperparahnya.
Mereka
mengatakan negeriku tanah permata. Memang. Indonesia adalah permata. Permata
bagi penjajah. Lihat saja, CEFRON, FREEPORT, INCO dan lain-lain. Siapakah yang
mengendalikannya? Penjajah Baru. Orang-orang asing. Lalu kita? Hanya budak
belian. Bekerja dengan seluruh tenaga dan dibayar hanya dengan beberapa rupiah.
Mereka merampas permata-permata kita dengan cara yang sangat halus dan lembut
tanpa kita sadari. Setelah tersadar, semuanya telah habis menyisakan tanah gersang
dan dahaga berkepanjangan.
Mereka
mengatakan negeriku negeri yang kaya. Memang. Indonesia adalah negeri kaya.
Kaya dengan utang yang bagai gunung yang bertumpuk-tumpuk, entah kapan akan
habis. Bahkan bayi-bayi yang baru lahir pun memiliki utang. Itulah utang
indonesia ke IMF.
Mereka
mengatakan negeriku adalah negeri yang makmur. Memang. Indonesia adalah negeri
makmur. Bagi para pemegang kekuasaan. Lalu mereka yang lemah hanya mampu
mengeluarkan air mata. Lihat saja, atas nama keamanan dan ketertiban,
penggusuran mewabah dimana-mana. Rumah-rumah disapu dengan buldozer, pedagang
kaki lima di obrak-abrik dengan pentungan dan senapan. Tak jarang, satu atau
beberapa nyawa pun melayang. Setelah itu? Bencana kelaparan, tuna wisma
merajalela. Kemudian dibalik layar, penguasa terbahak, dengan mulut berjejal
kemewahan.
17
Agustus, mereka mengatakan negeriku merdeka. Memang. Indonesia telah merdeka.Tapi
kemerdekaan itu milik siapa? Hanya penguasa, hanya antek-antek pemerintah.
Lainnya? Merdeka dalam belenggu.
Merdeka hanya dalam lisan. Namun sejatinya.
Rantai-rantai besi tak pernah lepas dari leher mereka. Mencekik. Melemahkan
secara sistematis. Munir, Pejuang HAM. Dibungkam selamanya. Ketika ia
meneriakkan LAWAN! Saat itu juga, ia menjadi batu sandungan bagi para
pengkhianat kemerdekaan, para pencincang kemanusiaan, para penahta kebengisan, dan
para pemandu kedzoliman.
Mereka
mengatakan negeriku adalah negeri hukum. Memang. Indonesia berasaskan hukum. Tapi
keadilan hukum tak pernah sama sekali dirasakan. Keadilan hanya milik mereka
yang bisa membeli hukum selain itu tak ada lagi yang bernama keadilan di
negeriku. Lihat saja, para perampok berdasi dihukum di dalam hotel prodeo
melebihi hotel bintang lima, dengan segala fasilitas mewah didalamnya. Belum
lagi tak pernah ada penyelesaian berarti dalam setiap perampokan-perampokan
elegant bernama korupsi itu. Century, Hambalang, dan masih banyak lagi
kasus-kasus yang belum terkuak kepermukaan. Tragedi yang membawa negeriku ke
ujung tombak peradaban gila. Bagaikan sebutir telur yang jatuh, akan pecah dan
hancur.
Indonesia.
Inilah negeriku. Negeri dengan segala krisis yang tak berkesudahan. Krisis Akhlak.
Krisis Aqidah. Krisis Iman. Krisis kemanusiaan. Krisis perekonomian. Krisis
kesejahteraan. Krisis keamanan. Krisis perpolitikan. dan Krisis kehidupan
lainnya.
Indonesia.
Inilah negeriku. Negeri yang berdiri didalam terkaman sistem bobrok yang juga
siap mencabik-cabiknya tanpa ragu.
Maka
apakah yang dapat menyelamatkan negeriku indonesia?
Hanya Syari’at Allah dalam
tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah dengan Tauhid Wal Jihad
~Shaqayeq~